Tapi, setidaknya hingga kini, sepuluh pemain ini pernah mendominasi lini tengah pada masanya sendiri-sendiri.
1. Gheorghe Hagi (Rumania)
Sang “Maradona dari Balkan” ini banyak dipuja di Rumania dan Turki.
Tiga kali tampil di Piala Dunia, ia mencetak 126 kemenangan untuk
Romania, dan merupakan topskor dengan 35 gol. Ia adalah satu dari
sedkit pemain yang pernah tampil untuk Real Madrid dan Barcelona.
2. Cristiano Ronaldo (Portugal)
Banyak dikecam karena kelakuannya di luar lapangan, tahun ini ia justru
berada di puncak ketenaran. Setelah mencetak 42 gol dalam 49
pertandingan, rasanya pantas saja jika ia dijagokan menjadi penerima
Bola Emas tahun ini. Tak kurang dari Johan Cruyff juga mendukungnya.
Katanya, ‘Ronaldo lebih baik dari George Best dan Denis Law, padahal
keduanya merupakan pemain terhebat dalam sejarah United.’
3. Kaka (Brasil)
Pele pernah berujar, Kaka adalah pemain terbaik di dunia. beberapa
Tahun lalu ia meraih Bola Emas, dan FIFA-pun tak ragu-ragu
menganugerahkan gelar Pemain Terbaik Dunia kepadanya. Kini jejak
kakinya diabadikan di sebelah Zico Di stadion terbesar Brasil, Maracana.
4.Zidane (Prancis)
Inilah salah satu dari dua pemegang gelar Pemain Terbaik Dunia tiga
kali, disamping Ronaldo. Pada penampilan debutnya bersama Prancis, ia
mencetak dua gol ke gawang Republik Ceko pada 1994. Namun, baru empat
tahun kemudian ia menjadi legenda hidup dengan dua gol di final versus
Brasil. Pada 2001, ia diboyong oleh Real Madrid dengan rekor transfer
termahal senilai €76 juta.
5. Ruud Gullit (Belanda)
Peraih gelar Pemain Terbaik Dunia FIFA 1987 dan 1989, ia mampu bermain
di berbagai posisi. Ia turut bermain dalam pasukan Belanda yang
memenangkan Euro 1988, sekaligus Piala Dunia 1990. Kedatangannya di
Milan mampu mengangkat klubnya untuk memenangkan mahkota Serie A Italia
untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun terakhir.
6. Roberto Baggio (Italia)
Siapa yang tak mengenal Il Codino?
Ia adalah pemain paling populer sepanjang 1990-an dan awal 2000, dan
hingga kini merupakan satu-satunya pemain Italia yang mampu mencetak
gol pada tiga Piala Dunia. Pada Piala Dunia 1994, ia berkali-kali
menjadi juru selamat Italia, dan membuka jalan ke final. Sayang
tendangan penaltinya yang melenceng di final membuat Italia gagal
menjadi juara untuk yang keempat kalinya.
7. Zico (Brasil)
Di mata Pele, Zico adalah pemain yang bisa disejajarkan dengan dirinya.
Tak heran jika ia dijuluki “Pele Putih”. Meski dikaruniai bakat yang
luar biasa dan sering diakui sebagai pemain terbaik dunia pada awal
80-an, ia tidak pernah memenangkan Piala Dunia. Padahal, ia mencetak 66
gol dari 88 pertandingan untuk Brasil, dan tampil di Piala Dunia empat
kali, yaitu pada 1978, 1982 dan 1986 World Cups, dengan tim 1982 banyak
diakui sebagai yang paling hebat dalam sejarah Brasil, selain tim 1970.
8. Michel Platini (Prancis)
Dunia mengenalnya sebagai salah satu spesialis tendangan bebas terbaik
sepanjang sejarah, selain juga pengumpan yang handal. Di negara
asalnya, tak diragukan lagi, ia adalah gelandang terbaik Prancis. Sepak
terjangnya di lapangan hijau bahkan mampu membuat Zidane terlihat
kecil. Dan itulah yang dikatakan Zidane tentang bintang pujaannya,
‘Saat saya kecil, saya selalu memilih untuk bermain sebagai Platini
bersama teman-teman.’
9. Johan Cruyff (Belanda)
Cruyff adalah pemegang gelar Pemain Terbaik Eropa tiga kali, rekor yang
dibaginya bersama Platini dan Marco van Basten. Pada 1999, ia terpilih
sebagai Pemain Terbaik Eropa Abad Ini versi IFFHS, dan hanya kalah oleh
Pele di kategori Pemain Terbaik Dunia Abad ini. Selain dikenal karena
sebagai penganut Total Football nomor satu, ia merupakan pemain yang
sangat tenang menghadapi saat-saat sulit.
10. Diego Maradona (Argentina)
Kebengalannya tidak lantas membuat orang menutup mata atas bakat yang
dimilikinya. Pada 2000 ia berbagi mahkota Pemain Terbaik Abad Ini versi
FIFA bersama Pele, setelah sebelumnya menduduki tempat teratas pada
polling online FIFA tentang Pemain Terbaik Abad ke-20. Meski ‘Gol
Tangan Tuhan’-nya banyak menimbulkan kontroversi, siapa yang mampu
melupakan gol-nya yang ditembakkan dari jarak 60 meter melawan Inggris
di perempat-final Piala Dunia 1986? Bahkan Platini pernah berkata, ‘Apa
yang bisa dilakukan oleh Zidane dengan bola, Maradona mampu melakukannya dengan sebuah jeruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar